Postserang.Com Serang – Divisi Humas Polri menggelar Focus Group Discussion (FGD) dalam rangka kegiatan kontra radikal dengan tema “Terorisme Musuh Kita Bersama” yang dilaksanakan di Masjid Pondok Pesantren Al-Iman Kaung Caang, Cadasari, Pandeglang pada Rabu (16/11).
Dalam kegiatan ini, turut hadir Kabagpenum Ropenmas Divhumas Polri Kombes Pol Dr. Nurul Azizah, Kasubbag Berita Ropenmas Divhumas Polri AKBP Gatot Hendro Hartono, Wakapolres Pandeglang Kompol Andi Suwandi, Kapolsek Cadasari AKP Lutfi Tamimi, Pimpinan Ponpes Al-Iman Kaung Caang KH. E Suherman dan diikuti 80 santri.
Dalam sambutannya Wakapolres Pandeglang mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap Ponpes Al-Iman atas kesiapannya melaksanakan kegiatan ini. “Kami ucapkan terima kasih kepada pihak ponpes atas kesiapannya dalam menyelenggarakan kegiatan ini dan menyambut tim yang akan melaksanakan sosialisasi,” kata Andi.
Selanjutnya, Kabagpenum Ropenmas Divhumas Polri mengungkapkan rasa syukur dan ucapan terima kasih kepada pihak ponpes, “Saya mengucapkan terima kasih dan bersyukur bisa melaksanakan sosialisasi sekaligus silaturahmi ke ponpes ini,” ucap Nurul.
Nurul mengatakan sosialisasi ini merupakan program dari Divisi Humas Polri yang ingin menyampaikan bahaya paham radikalisme. “Program kita adalah kontra radikal, maka generasi muda sebagai penerus bangsa harus memahami apa itu paham radikal. Dengan sosialisasi ini mari bersama-sama mengetahui apa itu paham radikal sehingga dapat mengantisipasi penyebarannya,” tambahnya.
Semoga dengan kegiatan ini dapat bermanfaat bagi santri-santri yang masih muda dan perjalanan mencari ilmunya masih panjang, “Semoga menjadi ilmu bagi kita semua dengan mengetahui apa itu paham radikal dan bagaimana cara menanggulanginya,” ujar Nurul.
Selanjutnya, selaku narasumber Muhammad Sofyan Tsauri membahas tentang terorisme dan ekstrimisme di Indonesia tidak ada batasan pendidikan bisa terjadi pada ekonomi kelas bawah hingga atas. “Fenomena radikalisme ini tidak ada batasan pendidikan bisa terjadi pada ekonomi kelas bawah hingga atas, radikalisme ini juga dilakukan sejak paud hingga perguruan tinggi dan sudah mulai masuk pada oknum TNI, Polri, ASN, BUMN serta perusahaan swasta, semuanya semakin mudah karena adanya internet,” jelas Sofyan.
Kemudian Sofyan pun mejelaskan tentang ruang radikalisme yang semakin luas semenjak adanya media sosial. “Ruang radikalisme ini bisa terjadi karena propaganda di media sosial, doktrinasi dalam kelompok, doktrinasi dalam keluarga juga doktrinasi terbuka semua dapat menyebar dan terpengaruh dengan cepat tanpa batas,” ucap Sofyan.
Karena proses penyebaran tentang radikalisme ini sangat cepat menyebar, perlu adanya strategi yang dilakukan untuk mencegah terjadinya radikalisme di Indonesia khusunya di wilayah Banten. Salah satunya dengan Pancasila. “Pencegahan terjadinya radikalisme sangat memerlukan penguatan nasionalisme dan penguatan nilai budaya. Pancasila juga menjadi benteng untuk menangkal ideologi asing karena doktrin Pancasila sangat diperlukan, generasi muda yang berpancasila akan menjadi penjaga eksistensi NKRI,” tuturnya.
Selain ideologi, peran masyarakat juga sangat penting dalam menanggulangi ideologi radikalisme, “Peran masyarakat juga penting dalam pencegahan, penguatan kemampuan deteksi dini, dan tentunya penguatan ketahanan keluarga juga sangat dibutuhkan,” katanya.
Untuk itu Sofyan berpesan kepada seluruh generasi muda untuk menguatkan nilai nasionalisme dan fokus kepada cita-cita. “Saya berpesan kepada generasi muda untuk kuatkan nilai-nilai nasionalisme, setia kepada Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, jangan mudah terbuai oleh narasi-narasi di media sosial, belajar agama kepada orang yang tepat, keluarga adalah pondasi utama dan fokus pada cita-cita, realistis,” tutup Sofyan. (Bidhumas/Red/Posts)